Berlawan, Melawan, Lawan!

Berlawan

Oleh: Arimbi Heroepoetri.,SH.LL.M (Pegiat Hukum, HAM, Masyarakat Adat, Lingkungan dan Perempuan, Direktur PKPBerdikari dan Peneliti Senior pada debtWATCH Indonesia)

Ada yang saya suka dari motto Serikat Hijau Indonesia (SHI), organisasi massa berbasis pembelaan lingkungan, yaitu “Berlawan”… saya tidak paham betul apa kata berlawan itu dibolehkan dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar (KBBI), dan apa bedanya berlawan dengan melawan. Toh sama-sama kata kerja aktif. Tapi saya suka, kesannya lebih bersemangat dan dinamis.

Melawan bisa dipresentasikan lewat simbol. Saya teringat ketika demonstrasi massa (kaos) merah dan (kaos) kuning yang berpuncak kepada kudeta militer di Thailand tahun 2014 lalu.  Pihak berwajib Thailand melarang keras masyarakat yang mengangkat tangan dan  mengacungkan tiga jari, jempol mengapit kelingking. Simbol ini sebenarnya diilhami oleh film fiksi Mockingjay yang kebetulan beredar di waktu yang sama. Simbol  yang menyatukan masyarakat Paneem melawan penindas tiran di Capitol, di bawah panduan tokoh Katnis Everdeen, perempuan muda pemenang lomba hidup-mati hunger games.[1] Pihak keamanan Thailand takut simbol itu akan menyatukan perlawanan masyarakat, seperti Katnis Everdeen menyatukan Paneem.

Di Indonesia ketakutan serupa dimunculkan. Simbol palu arit – bahkan yang menyerupai palu arit— Simbol komunis, ajaran yang dilarang di Indonesia, masih terus dilarang sampai sekarang. Seorang mahasiswa  di Ternate  ditangkap karena memakai  kaos mirip simbol Palu-Arit. Walaupun saya tidak yakin apakah  ketika simbol palu arit dibolehkan dipakai dengan merdeka, seperti di Vietnam, maka ajaran komunis akan muncul kembali di bumi Indonesia. Di Vietnam saja, setelah terpuruk dengan kejamnya perang saudara, negeri ini membuka diri dengan mekanisme pasar, pengunjung mancanegara semakin betah mampir di Vietnam, ekspor kopi dan beras Vietnam semakin terkenal, sembari gambar palu arit bertebaran di mana-mana; di bendera, di topi, di kaos, bahkan dalam berbagai bentuk suvenir sebagai oleh-oleh para pelancong.

Di Bali, alergi pemegang kekuasaan atas kaos “Bali Tolak Reklamasi” (BTR) mulai menggejala. Dimulai dengan larangan tiba-tiba memakai kaos tersebut bagi pengunjung dalam acara Pekan Kebudayaan Bali, sampai terjadi pemukulan.  Juga larangan memakai kaos, simbol bahkan mars BTR dalam festival musik terbesar di Bali soundrenalin bagi para musisinya. Gerakan BTR yang dimotori ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi) lahir 4 tahun lalu yang menolak perubahan peruntukan kawasan teluk benoa,  semula kawasan konservasi menjadi kawasan budidaya. Perubahan peruntukan yang dilegalkan dalam bentuk Perpres ini segera disambut oleh PT. TWBI yang akan menyulap sekitar 800 ha kawasan tersebut sebagai kawasan wisata, hunian dan perkantoran elit. Jika Ijin Lingkungan didapat oleh PT. TWBI, maka segera wilayah tersebut akan dibangun 13 pulau-pulau buatan.

Semula, peserta aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan ForBALI  hanya diikuti beberapa puluh orang saja. Semakin lama, semakin membesar, hingga sampai sekarang jika ForBALI melakukan aksi damai, pasti akan dihadiri puluhan ribu massa dari 39 desa adat. Senapas dengan semakin membesarnya jumlah massa, maka semakin besar juga represi ditujukan kepada mereka.

Dalam setiap aksi damai mereka, para peserta aksi akan mengenakan kaos dengan satu pernyataan tegas: TOLAK REKLAMASI. Kaos warna dasar putih dengan disain yang berbeda – tergantung selera seni masing-masing—namun tetap satu pesannya: Tolak Reklamasi Teluk Benoa!. Kaos yang dibuat, didisain dan diproduksi secara swadaya oleh masyarakat. Kaos itulah yang ditakuti penguasa.

Kenapa penguasa takut dengan simbol? Sehingga perlu melakukan cara-cara represi menekan simbol tersebut? Nampaknya yang ditakutkan adalah simbol pemersatu, takut melahirkan katnees Everdeen lainnya. Saking takutnya, penguasa melakukan intimidasi untuk menimbulkan rasa takut para aktivis forBALI.  Maka, berlawanlah seperti anjuran Sarekat Hijau Indonesia. Lawanlah rasa takutmu. Sehingga perlawananmu semakin membesar, menggelora, menumbangkan rezim kemaruk.

The fear is the most difficult thing to overcome.

We’re hardwired to remember fear best. – Beetee

  • Hunger Games

Pernah dimuat dalam  Galeri Buku Jakarta (galeribukujakarta.com) tanggal 13-10-2016

[1] Mockingjay adalah novel fiksi ilmiah yang diterbitkan tahun 2010 karya Penulis amerika Suzanne Collins.Ini adalah novel pamungkas dari trilogy “The Hunger Games” (2008) dan “Catching Fire” (2009). Novel MockingJay seminggu sesudah rilisnya telah terjual  450.000 kopi. Kemudian difilmkan pertama kali di tahun 2014.


Share on facebook
Facebook
Share on google
Google+
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on pinterest
Pinterest